Hanif Ahmad
Rabu, 25 April 2018
Selasa, 24 April 2018
MEMILIH CINTA PERTAMA
Mang Nata :
Salah satu ciri stabilnya cinta adalah jika seseorang tidak akan terganggu oleh rasa benci, iri hati, kecewa, cemburu dan lain sebagainya. Ia manusia seperti ini akan memelihara cinta sejatinya bahkan menuju kesempurnaan.
Bi Ristha :
Menuju kesempurnaan........?, maksudnya bagaimana mang nata.........?
Mang Nata :
Kesempurnaan cinta harus berawal dari pengenalan yang benar kepada Allah Ta’ala, sehingga ketika manusia sudah mengenal dengan benar kepada Allah Ta’ala......., ketika sudah mengetahui segala kebaikan Allah Ta’ala. Maka rasa cinta kepada Allah Ta'ala akan datang dengan sendirinya. Ketika cinta sudah tumbuh kepada Allah Ta’ala, untuk menyempurnakan cintanya itu adalah dengan cinta kepada sesama manusia, dengan cinta kepada sesama makhluk, dengan cinta kepada alam semesta dan dengan cinta kepada semua hasil ciptaanNya.
Bi Ristha :
Oohhhhh..... Begitu......!
Mang Nata :
Pilihlah cinta pertama itu kepada Allah Ta'ala. Jikalau cinta pertama kita selain kepada Allah Ta'ala, bisa saja hanyalah cinta semu. Tetapi jika cinta pertama itu dimulai kepada Allah Ta’ala terlebih dahulu. Maka turunan dari cinta pertama itu akan berdampak kepada cinta yang benar dan lurus.
Bi ristha :
Agar cinta pertama kita kepada Allah Ta'ala...... Bagiamana caranya mang nata.......?
Mang nata :
Kenalilah Allah Ta'ala itu sebagai Tuhan yang asli....... Syukurilah segala kebaikan Allah Ta'ala itu ..... Fahamilah dengan ketulusan segala takdir Allah Ta'ala itu...... Rasakanlah keberadaan, kecantikan dan keindahan Allah Ta'ala itu....
Bi Ristha :
Iya......mang nata..... Kalao cinta pertama kita hanya untuk Allah Ta'ala.... Maka tak akan ada kegalauan, tak akan ada kebencian.... Tak akan ada caci maki......, tak akan ada perselisihan....., tak akan ada peperangan, kehancuran atau pembunuhan karena dendam kesumat, kesombongan atau keserakahan duniawi.
Mang Nata :
Iya setuju demikian bi.....
Rabu, 18 April 2018
TUJUH TINGKAT KEIMANAN
Tujuh Tingkat Shalat
Tujuh Tingkat Keimanan
Ada tujuh tahap dalam perjalanan rohani pelaksanaan shalat. Penegakan shalat yang benar dapat sepenuhnya dilaksanakan hanya apabila telah mencapai tahap² ini. Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra telah menguraikan topik yang sangat indah ini dengan cara yang luar biasa. Beliau menyatakan:
Tingkatan pertama :
Di bawah tahapan ini tidak ada tahapan lain sama sekali, yaitu melaksanakan shalat lima waktu secara dawam dan tidak ada putus-putusnya, maka ia telah memperoleh tingkat iman yang terendah.
Tingkatan kedua :
Dalam shalat ialah bahwa shalat kelima waktu dilaksanakan pada waktu yang ditentukan. Ketika seseorang melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya, maka ia melangkah ke tingkatan iman yang kedua.
Tingkatan ketiga :
Ialah bahwa shalat dilaksanakan secara berjamaah. Dengan shalat secara berjamaah, maka ia melangkah ke tingkatan iman yang ketiga.
Tingkatan keempat :
Ialah bahwa seseorang melaksanakan shalatnya dengan memahami maknanya. Seseorang yang tidak memahami terjemahan doa² shalat, maka ia harus mempelajari terjemahannya lalu dirikanlah shalat. Selain itu, seseorang mengerti terjemahan doa² shalat, harus mengerjakan shalat secara perlahan-lahan, sampai ia mengerti bahwa ia telah melakukan keadilan dalam shalatnya tersebut.
Tigkatan kelima :
Ialah bahwa seseorang menjadi sangat asyik dalam shalatnya. Sama seperti seseorang yang terjun kedalam air, demikianlah seseorang harus terjun kedalam shalatnya, hingga ia memperoleh salah satu dari dua derajat: yaitu apakah ia melihat Tuhan (dalam shalatnya), atau jika tidak, ia dengan yakin percaya bahwa Tuhan yang Mahaagung sedang melihat dia.
Tingkatan keenam :
Dari keimanannya ialah bahwa seseorang mengerjakan shalat sunnah nawafil (shalat tambahan). Seseorang yang mengerjakan shalat sunnah nawafil mengungkapkan kepada Tuhan yang Maha tinggi, bahwa ia telah menunaikan kewajibannya (mengerjakan shalat fardhu), tetapi ia belum merasa puas dengan shalat fardhu tersebut, dan ia berkata, 'Ya Allah, saya ingin tetap berada di dalam istana kerajaan Engkau, di luar waktu² yang diwajibkan.'
Tingkatan ketujuh :
Dari keimanan ialah bahwa seseorang tidak hanya menunaikan shalat fardhu lima waktu dalam sehari dan mengerjakan shalat nawafil, melainkan juga mengerjakan shalat tahajjud (shalat malam) pada malam hari. Inilah tujuh tingkatan dimana shalat dianggap sempurna.
Oleh karena itu, adalah perlu bagi seseorang untuk mencapai tujuh tingkatan ini. Adalah kewajiban setiap orang untuk menunaikan tepat waktu. Adalah kewajiban setiap orang untuk menunaikan shalat secara berjamaah. Adalah kewajiban setiap orang untuk mengerjakan shalat dengan memahami maksud doa-doanya, dan mempelajari terjemahannya. Adalah kewajiban setiap orang bahwa selain menunaikan shalat wajib 5 waktu, ia juga mengerjakan sunnah nawafil pada siang dan malam. Kemudian setiap orang harus menunaikan sholat wajib dan nawafil dengan tekun sehingga malam-malamnya pun menjadi siang. Demikian pula, seseorang harus berusaha memperoleh manfaat yang besar dari berdoa dalam shalat tahajjud. Jika seseorang belum menjaga shalatnya dengan cara ini, maka seseorang yang menganggap bahwa ia telah dapat membuat Allah Ta'ala ridha (senang) kepadanya, adalah sebuah kekeliruan.'
(Tafsir Kabir Jilid 2 hal. 135-136)
Tujuh Tingkat Keimanan
Ada tujuh tahap dalam perjalanan rohani pelaksanaan shalat. Penegakan shalat yang benar dapat sepenuhnya dilaksanakan hanya apabila telah mencapai tahap² ini. Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra telah menguraikan topik yang sangat indah ini dengan cara yang luar biasa. Beliau menyatakan:
Tingkatan pertama :
Di bawah tahapan ini tidak ada tahapan lain sama sekali, yaitu melaksanakan shalat lima waktu secara dawam dan tidak ada putus-putusnya, maka ia telah memperoleh tingkat iman yang terendah.
Tingkatan kedua :
Dalam shalat ialah bahwa shalat kelima waktu dilaksanakan pada waktu yang ditentukan. Ketika seseorang melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya, maka ia melangkah ke tingkatan iman yang kedua.
Tingkatan ketiga :
Ialah bahwa shalat dilaksanakan secara berjamaah. Dengan shalat secara berjamaah, maka ia melangkah ke tingkatan iman yang ketiga.
Tingkatan keempat :
Ialah bahwa seseorang melaksanakan shalatnya dengan memahami maknanya. Seseorang yang tidak memahami terjemahan doa² shalat, maka ia harus mempelajari terjemahannya lalu dirikanlah shalat. Selain itu, seseorang mengerti terjemahan doa² shalat, harus mengerjakan shalat secara perlahan-lahan, sampai ia mengerti bahwa ia telah melakukan keadilan dalam shalatnya tersebut.
Tigkatan kelima :
Ialah bahwa seseorang menjadi sangat asyik dalam shalatnya. Sama seperti seseorang yang terjun kedalam air, demikianlah seseorang harus terjun kedalam shalatnya, hingga ia memperoleh salah satu dari dua derajat: yaitu apakah ia melihat Tuhan (dalam shalatnya), atau jika tidak, ia dengan yakin percaya bahwa Tuhan yang Mahaagung sedang melihat dia.
Tingkatan keenam :
Dari keimanannya ialah bahwa seseorang mengerjakan shalat sunnah nawafil (shalat tambahan). Seseorang yang mengerjakan shalat sunnah nawafil mengungkapkan kepada Tuhan yang Maha tinggi, bahwa ia telah menunaikan kewajibannya (mengerjakan shalat fardhu), tetapi ia belum merasa puas dengan shalat fardhu tersebut, dan ia berkata, 'Ya Allah, saya ingin tetap berada di dalam istana kerajaan Engkau, di luar waktu² yang diwajibkan.'
Tingkatan ketujuh :
Dari keimanan ialah bahwa seseorang tidak hanya menunaikan shalat fardhu lima waktu dalam sehari dan mengerjakan shalat nawafil, melainkan juga mengerjakan shalat tahajjud (shalat malam) pada malam hari. Inilah tujuh tingkatan dimana shalat dianggap sempurna.
Oleh karena itu, adalah perlu bagi seseorang untuk mencapai tujuh tingkatan ini. Adalah kewajiban setiap orang untuk menunaikan tepat waktu. Adalah kewajiban setiap orang untuk menunaikan shalat secara berjamaah. Adalah kewajiban setiap orang untuk mengerjakan shalat dengan memahami maksud doa-doanya, dan mempelajari terjemahannya. Adalah kewajiban setiap orang bahwa selain menunaikan shalat wajib 5 waktu, ia juga mengerjakan sunnah nawafil pada siang dan malam. Kemudian setiap orang harus menunaikan sholat wajib dan nawafil dengan tekun sehingga malam-malamnya pun menjadi siang. Demikian pula, seseorang harus berusaha memperoleh manfaat yang besar dari berdoa dalam shalat tahajjud. Jika seseorang belum menjaga shalatnya dengan cara ini, maka seseorang yang menganggap bahwa ia telah dapat membuat Allah Ta'ala ridha (senang) kepadanya, adalah sebuah kekeliruan.'
(Tafsir Kabir Jilid 2 hal. 135-136)
Assorted Mousse Buah
Assorted Mousse Buah adalah jenis makanan penutup pencuci mulut untuk kesempurnaan menu makan harian Anda. Bisa juga sebagai sajian menu ringan kepada tamu yang berkunjung kerumah Anda.
Mousse (dibaca ‘mus’) yang artinya busa, di Saung Kalfa mousse ini terbuat dari cream atau kepala susu yang gurih yang dilayer dengan spoge coklat dengan varian rasa buah untuk menambah rasa bahagia dan nyaman ketika Anda menikmatinya.
Untuk oleh-oleh saat ada pulang kerumah, atau sebagai bingkisan hadiah kepada orang orang yang tersayang, bisa Anda dapatkan dengan paket packeging hanya Rp. 10.000,- saja.
Untuk mendapatkan assorted mousse buah ini sangat mudah sekali, bisa datang lansung ke Saung Kalfa dengan mengklik di alamat pencarian google map di HP Anda. Bahkan kami siapkan tempat duduk yang nyaman untuk Anda.
Atau bisa menghubungi telp/wa/sms di nomer 085231066091 untuk pesan bahkan antar dengan tambahan biaya pengiriman.
TERSEDIA JUGA ASSORTED ICE CREAM
DENGAN VARIAN RASA YANG ANDA BISA NIKMATI DI TEMPAT
Langganan:
Postingan (Atom)