Rabu, 18 April 2018

TUJUH TINGKAT KEIMANAN

Tujuh Tingkat Shalat
Tujuh Tingkat Keimanan



Ada tujuh tahap dalam perjalanan rohani pelaksanaan shalat. Penegakan shalat yang benar dapat sepenuhnya dilaksanakan hanya apabila telah mencapai tahap² ini. Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra telah menguraikan topik yang sangat indah ini dengan cara yang luar biasa. Beliau menyatakan:

Tingkatan pertama :
Di bawah tahapan ini tidak ada tahapan lain sama sekali, yaitu melaksanakan shalat lima waktu secara dawam dan tidak ada putus-putusnya, maka ia telah memperoleh tingkat iman yang terendah.

Tingkatan kedua :
Dalam shalat ialah bahwa shalat kelima waktu dilaksanakan pada waktu yang ditentukan. Ketika seseorang melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya, maka ia melangkah ke tingkatan iman yang kedua.

Tingkatan ketiga :
Ialah bahwa shalat dilaksanakan secara berjamaah. Dengan shalat secara berjamaah, maka ia melangkah ke tingkatan iman yang ketiga.

Tingkatan keempat :
Ialah bahwa seseorang melaksanakan shalatnya dengan memahami maknanya. Seseorang yang tidak memahami terjemahan doa² shalat, maka ia harus mempelajari terjemahannya lalu dirikanlah shalat. Selain itu, seseorang mengerti terjemahan doa² shalat, harus mengerjakan shalat secara perlahan-lahan, sampai ia mengerti bahwa ia telah melakukan keadilan dalam shalatnya tersebut.

Tigkatan kelima :
 Ialah bahwa seseorang menjadi sangat asyik dalam shalatnya. Sama seperti seseorang yang terjun kedalam air, demikianlah seseorang harus terjun kedalam shalatnya, hingga ia memperoleh salah satu dari dua derajat: yaitu apakah ia melihat Tuhan (dalam shalatnya), atau jika tidak, ia dengan yakin percaya bahwa Tuhan yang Mahaagung sedang melihat dia.

Tingkatan keenam :
Dari keimanannya ialah bahwa seseorang mengerjakan shalat sunnah nawafil (shalat tambahan). Seseorang yang mengerjakan shalat sunnah nawafil mengungkapkan kepada Tuhan yang Maha tinggi, bahwa ia telah menunaikan kewajibannya (mengerjakan shalat fardhu), tetapi ia belum merasa puas dengan shalat fardhu tersebut, dan ia berkata, 'Ya Allah, saya ingin tetap berada di dalam istana kerajaan Engkau, di luar waktu² yang diwajibkan.'

Tingkatan ketujuh :
Dari keimanan ialah bahwa seseorang tidak hanya menunaikan shalat fardhu lima waktu dalam sehari dan mengerjakan shalat nawafil, melainkan juga mengerjakan shalat tahajjud (shalat malam) pada malam hari. Inilah tujuh tingkatan dimana shalat dianggap sempurna.

Oleh karena itu, adalah perlu bagi seseorang untuk mencapai tujuh tingkatan ini. Adalah kewajiban setiap orang untuk menunaikan tepat waktu. Adalah kewajiban setiap orang untuk menunaikan shalat secara berjamaah. Adalah kewajiban setiap orang untuk mengerjakan shalat dengan memahami maksud doa-doanya, dan mempelajari terjemahannya. Adalah kewajiban setiap orang bahwa selain menunaikan shalat wajib 5 waktu, ia juga mengerjakan sunnah nawafil pada siang dan malam. Kemudian setiap orang harus menunaikan sholat wajib dan nawafil dengan tekun sehingga malam-malamnya pun menjadi siang. Demikian pula, seseorang harus berusaha memperoleh manfaat yang besar dari berdoa dalam shalat tahajjud. Jika seseorang belum menjaga shalatnya dengan cara ini, maka seseorang yang menganggap bahwa ia telah dapat membuat Allah Ta'ala ridha (senang) kepadanya, adalah sebuah kekeliruan.'
(Tafsir Kabir Jilid 2 hal.  135-136)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar